Assalamu’alaikum
Kali ini saya ingin memposting tentang senjata,
yaitu senjata pemusnah massal, selamat menyimak :
Penjelasan
Sebelum membahas lebih jauh tentang
senjata pemusnah massal ini ada baiknya kita melihat apakah arti senjata
pemusnah massal itu. Ini dia artinya :
Senjata pemusnah massal (bahasa
Inggris: Weapons of mass destruction/WMD) adalah senjata yang dirancang untuk
membunuh manusia dalam skala besar, biasanya menarget masyarakat awam dan
personel militer. Beberapa tipe WMD dianggap memiliki akibat psikologis
daripada kegunaan secara militer.
Pembagian
Gambar 1. Simbol-simbol dari salah satu senjata pemusnah
massal
(kiri : senjata nuklir, tengah : senjata biologi, kanan : beracun)
Meskipun frasa ini diutarakan pada
1937 untuk menggambarkan pemboman udara oleh bom peledak konvensional dalam
jumlah besar, tipe senjata ini sekarang ini dianggap ke dalam kelas ini disebut
senjata NBK (nubika) atau senjata ABK:
·
Senjata nuklir
(termasuk senjata radiologikal)
·
Senjata biologi
·
Senjata kimia
·
Bahan peledak
Inti
Senjata Nuklir
Gambar. 2 Simbol zat radiaktif seperti senjata nuklir ini
Penjelasan :
Gambar 3. Gambar ilustrasi lendakan nuklir
Senjata nuklir adalah senjata yang
mendapat tenaga dari reaksi nuklir dan mempunyai daya pemusnah yang dahsyat -
sebuah bom nuklir mampu memusnahkan sebuah kota. Senjata nuklir telah digunakan
hanya dua kali dalam pertempuran - semasa Perang Dunia II oleh Amerika Serikat
terhadap kota-kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki.Pada masa itu daya ledak bom
nuklir yg dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki sebesar 20 kilo(ribuan) ton TNT.
Sedangkan bom nuklir sekarang ini berdaya ledak lebih dari 70 mega(jutaan) ton
TNT
Gambar 4. Bentuk bom nuklir yang dijatuhkan di Hiroshima dan
Nagasaki
Pemilik :
Negara pemilik senjata nuklir yang
dikonfirmasi adalah Amerika Serikat, Rusia, Britania Raya (Inggris), Perancis,
Republik Rakyat Cina, India, Korea Utara dan Pakistan. Selain itu, negara
Israel dipercayai mempunyai senjata nuklir, walaupun tidak diuji dan Israel
enggan mengkonfirmasi apakah memiliki senjata nuklir ataupun tidak. Lihat
daftar negara dengan senjata nuklir lebih lanjut.
Cara-cara meluncurkan :
Senjata nuklir kini dapat
dilancarkan melalui berbagai cara, seperti melalui pesawat pengebom, peluru
kendali, peluru kendali balistik, dan Peluru kendali balistik jarak benua.
Jenis :
Gambar 5. Dua tipe desain dasar
Senjata
nuklir mempunyai dua tipe dasar. Tipe pertama menghasilkan energi ledakannya
hanya dari proses reaksi fisi. Senjata tipe ini secara umum dinamai bom atom
(atomic bomb, A-bombs). Energinya hanya diproduksi dari inti atom.
Pada
senjata tipe fisi, masa fissile material (uranium yang diperkaya atau
plutonium) dirancang mencapai supercritical mass - jumlah massa yang diperlukan
untuk membentuk reaksi rantai- dengan menabrakkan sebutir bahan sub-critical
terhadap butiran lainnya (the "gun" method), atau dengan memampatkan
bulatan bahan sub-critical menggunakan bahan peledak kimia sehingga mencapai
tingkat kepadatan beberapa kali lipat dari nilai semula. (the
"implosion" method). Metoda yang kedua dianggap lebih canggih
dibandingkan yang pertama. Dan juga penggunaan plutonium sebagai bahan fisil
hanya bisa di metoda kedua.
Tantangan
utama di semua desain senjata nuklir adalah untuk memastikan sebanyak mungkin
bahan bakar fisi terkonsumsi sebelum senjata itu hancur. Jumlah energi yang
dilepaskan oleh pembelahan bom dapat berkisar dari sekitar satu ton TNT ke
sekitar 500.000 ton (500 kilotons) dari TNT.
Tipe
kedua memproduksi sebagian besar energinya melalui reaksi fusi nuklir. Senjata
jenis ini disebut senjata termonuklir atau bom hidrogen (disingkat sebagai
bom-H), karena tipe ini didasari proses fusi nuklir yang menggabungkan
isotop-isotop hidrogen (deuterium dan tritium). Meski, semua senjata tipe ini
mendapatkan kebanyakan energinya dari proses fisi (termasuk fisi yang
dihasilkan karena induksi neutron dari hasil reaksi fusi.) Tidak seperti tipe
senjata fisi, senjata fusi tidak memiliki batasan besarnya energy yang dapat
dihasilkan dari sebuah sejata termonuklir.
Gambar 6. Dasar kerja desain Tellr-Ulam pada bom
hidrogen:
Sebuah bom fisi menghasilkan radiasi yang kemudian
mengkompresi dan memanasi butiran fusi pada bagian lain
Senjata termonuklir bisa berfungsi dengan
melalui sebuah bomb fisi yang kemudian memampatkan dan memanasi bahan fisi.
Pada desain Teller-Ulam, yang mencakup semua senjata termonuklir multi megaton,
metoda ini dicapai dengan meletakkan sebuah bomb fisi dan bahan bakar fusi
(deuterium atau lithium deuteride) pada jarak berdekatan di dalam sebuah wadah
khusus yang dapat memantulkan radiasi. Setelah bomb fisi didetonasi, pancaran
sinar gamma and sinar X yang dihasilkan memampatkan bahan fusi, yang kemudian
memanasinya ke suhu termonuklir. Reaksi fusi yang dihasilkan, selanjutnya
memproduksi neutron berkecepatan tinggi yang sangat banyak, yang kemudian
menimbulkan pembelahan nuklir pada bahan yang biasanya tidak rawan pembelahan,
sebagai contoh depleted uranium. Setiap komponen pada design ini disebut
"stage" (atau tahap). Tahap pertama pembelahan atom bom adalah primer
dan fusi wadah kapsul adalah tahap sekunder. Di dalam bom-bom hidrogen besar,
kira-kira separuh dari 'yield' dan sebagian besar nuklir fallout, berasal pada
tahapan fisi depleted uranium. Dengan merangkai beberapa tahap-tahap yang
berisi bahan bakar fusi yang lebih besar dari tahap sebelumnya, senjata
termonuklir bisa mencapai "yield" tak terbatas. Senjata terbesar yang
pernah diledakan (the Tsar Bomba dari USSR) merilis energi setara lebih dari 50
juta ton (50 megaton) TNT. Hampir semua senjata termonuklir adalah lebih kecil
dibandingkan senjata tersebut, terutama karena kendala praktis seperti perlunya
ukuran sekecil ruang dan batasan berat yang bisa di dapatkan pada ujung kepala
roket dan misil.
Ada juga tipe senjata nuklir lain,
sebagai contoh boosted fission weapon, yang merupakan senjata fisi yang
memperbesar 'yield'-nya dengan sedikit menggunakan reaksi fisi. Tetapi fisi ini
bukan berasal dari bom fusi. Pada tipe 'boosted bom', neutron-neutron yang
dihasilkan oleh reaksi fusi terutama berfungsi untuk meningkatkan efisiensi
bomb fisi. contoh senjata didesain untuk keperluan khusus; bomb neutron adalah
senjata termonuklir yang menghasilkan ledakan relatif kecil, tetapi dengan
jumlah radiasi neutron yang banyak. Meledaknya senjata nuklir ini diikuti
dengan pancaran radiasi neutron. Senjata jenis ini, secara teori bisa digunakan
untuk membawa korban yang tinggi tanpa menghancurkan infrastruktur dan hanya
membuat fallout yang kecil. Membubuhi senjata nuklir dengan bahan tertentu
(sebagain contoh cobalt atau emas) menghasilkan senjata yang dinamai
"salted bomb". Senjata jenis ini menghasilkan kontaminasi radioactive
yang sangat tinggi. Sebagian besar variasi di disain senjata nuklir terletak
pada beda "yield" untuk berbagai keperluan, dan untuk mencapai ukuran
fisik yang sekecil mungkin.
Rencana pembuatan bom nuklir :
Rencana untuk membuat bom uranium
oleh negara-negara Sekutu dimulai sejak tahun 1939 ketika Albert Einstein
menulis surat kepada Presiden AS Franklin D. Roosevelt dan menyampaikan teorii
bahwa reaksi rantai nuklir yang tidak terkontrol memiliki potensi besar untuk
dijadikan senjata pembunuh massal. Pada 1940, pemerintah AS menyetujui dana
sebesar 6.000 dolar untuk membiayai pembuatan bom atom itu. Proyek yang disebut
sebagai proyek Manhattan itu akhirnya mencapai hasil lima tahun kemudian dengen
dana yang membengkak hingga dua juta dolar. Pertanyaan selanjutnya adalah
kepada siapa bom itu akan dijatuhkan? Target adalah Jerman. Namun, karena
Jerman telah menyerah dalam Perang Dunia II, pada Agustus 1945 Jepang menjadi
korban dari serangan bom atom generasi pertama tersebut.
Senjata Biologi
Gambar 7. Lambang internasional untuk bahaya biologi
(biological hazard).
Penjelasan :
Senjata biologi (bahasa Inggris:
biological weapon) adalah senjata yang menggunakan patogen (bakteri, virus,
atau organisme penghasil penyakit lainnya) sebagai alat untuk membunuh,
melukai, atau melumpuhkan musuh. Dalam pengertian yang lebih luas, senjata
biologi tidak hanya berupa organisme patogen, tetapi juga toksin berbahaya yang
dihasilkan oleh organisme tertentu. Dalam kenyataanya, senjata biologi tidak
hanya menyerang manusia, tetapi juga hewan dan tanaman.
Pelarangan dan efek samping :
Pembuatan dan penyimpanan senjata
biologi telah dilarang oleh Konvensi Senjata Biologi 1972 yang ditandatangani
oleh lebih dari 100 negara. Alasan pelarangan ini adalah untuk menghindari efek
yang dihasilkan senjata biologi, yang dapat membunuh jutaan manusia, dan
menghancurkan sektor ekonomi dan sosial. Namun, Konvensi Senjata Biologi hanya
melarang pembuatan dan penyimpanan senjata biologi, tetapi tidak melarang
pemakaiannya.
Penggunaan senjata biologi :
Sejarah penggunaan senjata biologi
dimulai pada tahun 400 SM, ketika orang Iran Kuno (scythians) menggunakan panah
yang dicelupkan ke dalam feses (kotoran) dan mayat makhluk hidup yang telah
membusuk. Hal serupa juga dilakukan oleh bangsa Roma yang mencelupkan pedangnya
ke dalam pupuk dan sisa hewan yang telah membusuk sebelum berperang dengan
musuhnya. Apabila musuhnya terluka oleh senjata tersebut, maka terjadi infeksi
penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Peristiwa penting dalam sejarah kuno
penggunaan senjata biologi terjadi ketika bangsa Mongol mengusir bangsa Genoa
dari kota Kaffa di Laut Mati dengan memanfaatkan mayat-mayat manusia yang
terinfeksi wabah pes. Ketika bangsa Genoa menyingkir hingga ke Venice, mereka
tetap diikuti oleh kutu dan tikus yang terinfeksi pes sehingga akhirnya
menimbulkan "kematian hitam" (black death) di wilayah Eropa.
Pada tahun 1754-1760, terjadi
peperangan antara bangsa Britania Utara dan bangsa Indian yang melibatkan
penggunaan virus cacar. Ketika itu, Britania Utara memberikan pakaian dan
selimut dari rumah sakit yang merawat penderita cacar kepada bangsa Indian
untuk memusnahkan bangsa tersebut. Pada Perang Dunia I, Jerman menggunakan dua
bakteri patogen, yaitu Burkholderia mallei penyebab Glanders dan Bacillus
anthracis penyebab Antrax untuk menginfeksi ternak dan kuda tentara Sekutu.
Pada tahun 1932-1935, Jepang mengembangkan program pembuatan senjata biologi di
Cina yang dinamakan Unit 731. Sebanyak 3.000 ilmuwan Jepang bekerja untuk
melakukan penelitian terhadap berbagai agen biologi yang berpotensi sebagai
senjata, misalnya kolera, pes, dan penyakit seksual yang menular. Eksperimen
yang dilakukan menggunakan tahanan Cina yang mengakibatkan ± 10.000 tahanan
mati pada masa itu. Sejak saat itu, tidak hanya Jepang yang mengembangkan
senjata biologi, namun juga diikuti oleh negara-negara lain seperi Amerika
Serikat dan Uni Soviet.
Agen biologi adalah mikroorganisme
(atau toksin yang dihasilkannya) yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman,
hewan, atau tumbuhan, atau menyebabkan kerusakan material. Dalam pembuatan
senjata biologi, agen biologi merupakan komponen penting yang harus diteliti
terlebih dahulu sebelum diaplikasikan. Beberapa agen biologi dan penyakit yang
pernah direncanakan untuk dijadikan senjata atau sudah pernah dijadikan senjata
biologi di dunia antara lain:
Gambar 8. Foto mikroskopis dari Baccilus anthracis
·
Bacillus anthracis
(Antrax)
·
Brucella sp.
(Brucellosis)
·
Chlamydia psittaci
(Psittacosis)
·
Coxiella burnetii
(Demam Q)
·
Escherichia coli
O157:H7 (Gastroenteritis)
·
Shigella (Shigellosis)
·
Francisella tularensis
(Tularemia)
·
Burkholderia mallei (
Glanders)
·
Burkholderia
psedomallei (Melioidosis)
·
just for widening
coloum
Gambar 9. Gambar mikroskopis dari Salmonella typhi
·
Salmonella typhi
(Tifus)
·
Variola (Cacar atau
variola)
·
Vibrio cholerae
(Kolera)
·
Virus Ebola
·
Virus Marburg
·
Virus demam lembah Rift
atau Rift Valley Fever Virus
·
Virus alfa
(ensefalitis)
Gambar 10. Gambar mikroskopis virus demam kuning
·
Virus demam kuning atau
yellow fever virus
·
dan lain-lain.
Karakteristik :
Karakteristik dari senjata biologi
adalah mudah diproduksi dan disebar, aman digunakan oleh pasukan penyerang yang
menyebarkannya, serta dapat melumpuhkan atau membunuh individu berulang kali
dengan hasil yang sama/konsisten. Hal ini berarti, apabila kita menggunakan
senjata biologi yang sama untuk menyerang beberapa daerah berbeda, maka dampak
yang terjadi haruslah sama. Agen biologi pada senjata biologi juga harus dapat
diproduksi dengan cepat dan murah. Untuk membuat suatu senjata biologi yang berkualitas
baik, ada beberapa persyaratan tambahan yang harus dipenuhi, yaitu dapat
ditularkan, menimbulkan sakit berkepanjangan yang membutuhkan perawatan
intensif, dan gejala yang ditimbulkan bersifat non-spesifik sehingga
menyulitkan diagnosis. Umumnya, senjata biologi yang baik juga memiliki waktu
inkubasi yang cukup panjang di dalam tubuh penderita sehingga penyakit dapat
ditularkan dan menyebar secara luas sebelum dapat terdeteksi.
Klasifikasi atau pengelompokkan
senjata biologi dapat dilakukan berdasarkan taksonomi, inang, sindrom yang
ditimbulkan, efek yang dihasilkan, cara penyebarannya, dan respon praktis atau
menurut sifat fungsionalnya. Salah salah klasifikasi yang sering digunakan
klasifikasi fungsional yang dibuat oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention atau CDC), meliputi:
Kategori A
penyebarannya dapat dilakukan
dengan mudah dan ditularkan dari manusia yang satu ke yang lain;
penyebabkan tingkat kematian yang
tinggi dan berpotensi memengaruhi kesehatan publik;
dapat menyebabkan kepanikan dan
gangguan sosial;
memerlukan penanganan khusus untuk
persiapan kesehatan masyarakat.
Contoh kategori A:
·
cacar,
·
antrax,
·
botulisme,
·
dll.
Kategori B
kemampuan penyebarannya bersifat
moderat;
menimbulkan tingkat kesakitan yang
moderat dan tingkat kematian yang rendah;
memerlukan peningkatan kapasitas
diagnostik yang spesifik dan peningkatan pengawasan penyakit.
Contoh kategori B:
·
brucellosis,
·
demam Q,
·
Glanders,
·
dll.
Kategori C, meliputi patogen yang
dapat dimodifikasi untuk disebarluaskan di masa depan, karena memiliki
karakeristik:
ketersediaan memadai;
mudah diproduksi dan disebarkan;
berpotensi menyebabkan tingkat
kematian dan kesakitan yang tinggi, serta mampu memengaruhi kesehatan publik.
Contoh kategori C:
·
Virus Hanta,
·
Virus Nipah, d
·
emam kuning,
·
dll.
Keuntungan :
Penggunaan senjata biologi memiliki
beberapa keuntungan dan keunggulan dibandingkan jenis senjata militer lainnya.
Beberapa keuntungan pemakaian senjata biologi adalah biaya produksi relatif
murah dibandingkan senjata penghancur lainnya, alat dan bahan yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan agen biologi cukup sederhana, dan waktu yang diperlukan dalam
pembuatannya relatif lebih pendek. Secara ekonomis, pembuatan senjata biologi
juga menguntungkan karena dapat dibuat vaksin atau penawar dari senjata biologi
yang telah diciptakan dengan alat yang sama namun vaksin dapat diperdagangkan
kembali dengan harga tinggi. Penyerangan dengan senjata biologi disukai oleh
banyak negara karena penyebarannya tidak terdeteksi dan musuh tidak menyadari
adanya penyerangan dengan senjata biologi. Selain itu, agen biologi yang hidup
di dalam tubuh manusia dapat berkembang biak dan menyebar dari individu satu ke
individu lain secara alami. Hal ini sangat mungkin terjadi karena agen biologi
(terutama virus) yang disebar tidak terlihat oleh mata telanjang, tidak berbau,
dan tidak berasa. Dibandingkan dengan senjata nuklir, senjata biologi lebih
unggul karena penggunaannya tidak merusak infrastruktur atau fasilitas yang ada
dalam daerah yang diserang, sehingga infrastruktur yang tertinggal dapat
dimanfaatkan kembali.
Kerugian :
Penggunaan senjata biologi juga
memiliki kelemahan yang apabila tidak diperhitungkan secara cermat dapat
merugikan. Di antaranya adalah perlunya perhitungan cuaca atau kondisi yang
tepat untuk melakukan penyebaran senjata tersebut karena sedikit perubahan arah
angin dapat mengakibatkan agen biologi berbalik menyerang diri sendiri. Untuk
agen biologi yang disebar melalui udara, waktu tinggal atau ketahanan mereka di
udara merupakan hal yang penting untuk diketahui agar tidak terjadi infeksi
sekunder pada pasukan penyerang ketika mereka memasuki daerah yang telah
berhasil dilumpuhkan/diinfeksi. Pasukan yang bertugas menyebarkan senjata
biologi juga harus dilengkapi dengan berbagai alat pelindung karena risiko
terinfeksi agen biologi yang digunakan sebagai senjata dapat dialami oleh
mereka. Beberapa jenis senjata biologi juga diketahui rentan terhadap radiasi
matahari maupun perubahan cuaca sehingga agen biologi dapat terinaktivasi dan
tidak dapat berfungsi dengan baik. Untuk beberapa jenis senjata biologi seperti
itu, biasanya dilakukan penyebaran pada larut malam atau pagi subuh sehingga
radiasi matahari tidak akan mengganggu dan agen biologi dapat menyebar pada
ketinggian yang rendah dan menyelimuti daerah yang diserang. Kerugian lain dari
penggunaan senjata biologi adalah adanya beberapa agen biologi yang dapat
bertahan lama di lingkungan (seperti spora Bacillus anthracis) sehingga daerah
yang telah diinfeksi tidak dapat dihuni/ditinggali dalam jangka waktu yang
cukup lama.
Peran:
Kemajuan ilmu bioteknologi
(terutama rekayasa genetika) memiliki dampak negatif dan positif dalam
pengembangan senjata biologi. dalam positif yang ditimbulkan adalah munculnya
metode dan berbagai cara deteksi, identifikasi, dan neutralisasi agen biologi
patogen secara lebih cepat. Berbagai jenis vaksin dan anti-toksin juga telah
dikembangkan untuk mengontrol bakteri dan virus patogen yang digunakan sebagai
senjata biologi. Modifikasi materi genetik/DNA organisme juga telah diterapkan
untuk membuat racun, elemen yang menular, maupun senjata biologi yang
mematikan. Data Proyek Genom Manusia (Human Genome Project) juga telah
dimanfaatkan untuk meningkatkan sistem pertahanan sipil dan nasional suatu
negara dalam melawan penggunaan dan pembuatan senjata biologi serta
mengembangkan antibiotik dan vaksin baru.
Kemajuan bioteknologi juga dapat
disalahgunakan oleh sebagian orang untuk mengembangkan senjata biologi yang
sangat berbahaya, contohnya adalah menghasilkan organisme makroskopis yang
secara genetik sudah dimodifikasi untuk memproduksi toksin atau racun
berbahaya. Berbagai agen biologi patogen juga dapat direkayasa secara genetik
agar lebih tahan atau stabil pada kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan
dan memiliki resistensi terhadap antibiotik, vaksin, dan terapi yang sudah ada.
Selain itu, bioteknologi juga dimanfaatkan untuk pembuatan agen biologi yang
tidak dapat dikenali oleh sistem imun atau antibodi tubuh karena profil
imunologisnya telah diubah. Apabila senjata biologi yang telah dikembangkan
dimanfaatkan untuk bioterorisme atau penyalahgunaan lainnya maka akan timbul
kekacauan di dunia.
Upaya pengendalian senjata biologi
telah dilakukan sejak tahun 1925 melalui perjanjian internasional yang disebut
Protokol Geneva (Geneva Protocol) yang memuat larangan penggunaan senjata biologi.
Namun, perjanjian itu terbukti masih dilanggar oleh beberapa negara. Oleh
karena itu, pada tahun 1972, PBB mengadakan Konvensi Senjata Biologi dan Toksin
(Biological and Toxin Weapon Convention atau BTWC) yang mempertegas larangan
pengembangan, pembuatan, dan penyimpanan segala jenis senjata biologi. Namun
perjnajian tersebut juga masih dilanggar oleh beberapa negara, seperti Rusia
dan Irak karena BTWC tidak melakukan pengawasan dan pembuktian tidak adanya
kegiatan produksi senjata biologi pada setiap negara. Pada tahun 1995, Ad Hoc
membentuk protokol inspeksi dan pembuktian di lapangan yang sayangnya tidak
didukung penuh oleh seluruh negara penandatangan perjanjia terdahulu, seperti
Amerika Serikat. Pemerintah Amerika memiliki cara sendiri untuk mengendalikan
senjata biologi di negaranya, di antaranya melalui produksi vaksin skala besar
dan pendistribusiannya serta pengembangan strategi dan taktik untuk mencegah
dampak buruk senjata biologi. Melalui Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention atau CDC), Amerika
meningkatkan kemampuan diagnostik dengan membangun jaringan yang menghubungkan
berbagai pusat kesehatan regional sehingga penyakit yang diakibatkan senjata
biologi atau bioterorisme dapat dideteksi dengan lebih cepat.
Pada tahun 2008, Konvensi Senjata
Biologi (Biological Weapons Convention) membahas tentang peningkatan pemahaman
tentang pentingnya mengembangkan keamanan biologi, termasuk di dalam
laboratorium yang menggunakan patogen maupun toksin berbahaya.[18] Pada
pertemuan tersebut juga dibahas tentang pencegahan penyalahgunaan ilmu biologi
dan bioteknologi untuk senjata biologi dengan cara meningkatkan kesadaran akan
risiko biologis yang dapat timbul, memperketat pengawasan, serta memberikan
pendidikan dan peningkatan bioetika dalam aplikasi ilmu kehidupan.[18] Untuk
pengendalian dan pengawasan senjata biologi, telah dilakukan pembuatan data
yang berpotensi menjadi senjata biologi. Selain itu, pengembangan molekul
anti-bakteri juga telah dilakukan untuk mengeliminasi patogen namun tidak
membahayakan manusia dan hewan.
Senjata Kimia
Senjata kimia adalah senjata yang
memanfaatkan sifat racun senyawa kimia untuk membunuh, melukai, atau
melumpuhkan musuh. Penggunaan senjata kimia berbeda dengan senjata konvensional
dan senjata nuklir karena efek merusak senjata kimia terutama bukan disebabkan
daya ledaknya. Penggunaan organisme hidup (seperti antraks) juga bukan dianggap
senjata kimia, melainkan senjata biologis. Menurut Konvensi Senjata Kimia
(Chemical Weapons Convention), yang dianggap sebagai senjata kimia adalah
penggunaan produk toksik yang dihasilkan oleh organisme hidup (misalnya
botulinum, risin, atau saksitoksin). Menurut konvensi ini pula, segala zat
kimia beracun, tanpa memedulikan asalnya, dianggap sebagai senjata kimia,
kecuali jika digunakan untuk tujuan yang tidak dilarang (suatu definisi hukum
yang penting, yang dikenal sebagai Kriteria Penggunaan Umum, General Purpose
Criteron).
Gambar 11. Salah satu penggunaan senjata kimia
Gambar 12. Foto penggunaan senjata kimia oleh Israel di Gaza
Bahan
Peledak
Gambar
13. Tanda bahan mudah meledak
Bahan peledak adalah material yang
tidak stabil secara kimia atau energikal, atau dapat menghasilkan pengembangan
mendadak dari bahan tersebut dibarengi dengan penghasilan panas dan perubahan
besar pada tekanan (dan biasanya juga kilat atau suara besar) yang biasa
disebut ledakan.
Gambar 14. Foto bubuk mesiu yang merupakan bahan yang mudah
meledak
Gambar 15. Bom waktu yang merupakan salah satu bahan peledak
Gambar 16. Bagian-bagian granat yang merupakan bahan peledak
Penutup :
Sekarang dah pada tahu kan apa itu
senjata pemusnah massal, terimakasih telah membaca.
Yang terakhir saya minta maaf jika ada
kesalahan pada penulisan diatas atau kesalahan lain.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar